Jumat, 30 November 2007
ANEMIA GIZI
Anemia gizi sangat umum dijumpai di Indonesia . Prevalensinya masih tinggi terutama pada wanita hamil, anak balita, anak sekolah, dan pekerja berpenghasilan rendah. Prevalensi anemia gizi pada balita di Propinsi Kalimantan Barat pada tahun 1995 adalah 40,5 % dan meningkat menjadi 48,1 % pada tahun 2001 (Depkes RI, 2003).
Prevalensi anemia gizi yang tinggi ini dapat membawa akibat negative seperti : 1) Rendahnya kemampuan kerja jasmani dan produktivitas kerja, 2) Rendahnya kemampuan intelektual, dan 3) Rendahnya kekebalan tubuh, sehingga menyebabkan tingginya angka kesakitan. Dengan demikian konsekwensi fungsional dari anemia gizi menyebabkan turunnya kualitas sumber daya manusia (Husaini, 1989).
Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) didalam darah lehih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang yang bersangkutan. Kelompok ditentukan menurut umur dan jenis kelamin, seperti yang terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Batas Normal Kadar Hemoglobin
Kelompok | Umur | Hemoglobin (g/100 ml) |
Anak | 6 bulan s/d 6 tahun 6 tahun s/d 14 tahun | 11 12 |
Dewasa | Laki-laki Wanita Wanita hamil | 13 12 11 |
Sumber : WHO, 1972.
Kebanyakan orang-orang mempunyai Hb sedikit lebih rendah daripada batas tersebut diatas, belum menunjukkan gejala-gejala anemia dan masih kelihatan berada dalam keadaan kesehatan yang baik. Untuk menggolongkan anemia lebih lanjut menjadi anemia ringan, anemia sedang dan anemia berat, belum ada keseragaman mengenai batasan-batasannya. Hal ini disebabkan oleh antara lain perbedaan kelompok umur, kondisi penderita, komplikasi dengan penyakit lain, keadaan umum gizi penderita, lamanya menderita anemia, dan lain-lain yang sulit dikelompokkan. Tetapi yang adalah bahwa semakin rendah kadar Hb, makin berat anemia yang diderita (Husaini, 1989).
1. Kehilangan darah karena pendarahan.
2. Pengrusakan sel darah merah.
3. Produksi sel darah merah tidak cukup banyak.
Diantara ketiga macam faktor penyebab anemia tersebut, maka anemia yang merupakan masalah kesehatan masyarakat adalah anemia yang disebabkan oleh faktor terakhir yaitu anemia gizi. (Husaini, 1989)
Anemia gizi yang paling umum ditemukan di masyarakat adalah anemia karena kekurangan zat besi yang disebut anemia kurang besi. Pada wanita hamil dan bayi premature, kekurangan asam folat merupakan salah satu faktor kontribusi terhadap terjadinya anemia gizi. Pada orang yang sering mengalami malabsorpsi, kekurangan vitamin B12 merupakan salah satu penyebab anemia gizi. Dipandang dari segi kesehatan praktis, anemia gizi selalu diasosiasikan sebagai anemia kurang besi, karena kekurangan asam folat dan vitamin B12 yang jarang ditemukan pada masyarakat biasa.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Gizi Besi
1. Asupan zat besi dalam makanan
Macam bahan makanan yang banyak mengandung zat besi dapat dilihat pada Tabel 2. Hati adalah bahan makanan yang paling banyak mengandung zat besi. Daging juga banyak mengandung zat besi. Dari bahan makanan yang berasak dari tumbuh-tumbuhan, maka kacang-kacangan seperti kedelai, kacang tanah, kacang panjang koro, buncis serta sayuran hijau daun mengandung banyak zat besi.
Selain dari pada banyaknya zat besi yang tersedia didalam makanan, juga perlu diperhatikan Faktor-faktor lain yang mempengaruhi absorpsi zat besi, antara lain macam-macam bahan makanan itu sendiri. Zat besi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, jumlah yang dapat diabsorpsi hanya sekitar 1-6 %, sedangkan zat besi yang berasal dari hewani 7-22 %. Didalam campuran susunan makanan, adanya bahan makanan hewani dapat meninggikan absorpsi zat besi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Faktor ini mempunyai arti penting dalam menghitung jumlah zat besi yang dikonsumsi oleh masyarakat yang tak mampu, yang jarang mengkonsumsi bahan makanan hewani. (Husaini, 1989)Untuk mendapatkan makalah yang lengkap, silahkan download disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar